Buku harian yang hilang Vol 1, Malinka.
Akhir-akhir ini aku merasakan ada yang salah dengan memoriku, sampai-sampai sudah 2 kali aku membuat Ale dihukum saat upacara hari senin gara-gara aku lupa di mana menyimpan kaus kaki putih berlogo sekolahnya. Aku juga sering lupa menyimpan di mana selai coklat favorit Ale untuk ia sarapan sampai dia memilih untuk memakan roti tawar polosan sebab jika menungguku mencari selai anak itu sudah pasti akan kesiangan. Setiap kali aku minta maaf, responnya selalu sama,
“Yaaah ibu udah mulai tua sekarang, udah pikun hahaha, nanti aku catetin tempat nyimpen barang-barang yang sering ibu butuhin ya, biar kalau lupa ibu tinggal liat listnya.” Semakin hari dinding kamarku makin banyak ditempeli sticky notes warna-warni yang semuanya diisi oleh list penyimpanan barang yang ditulis Ale.
Kaus kaki sekolah di laci ruang tamu nomor 3, sepatu olahraga di rak lama, handcream gak pernah keluar dari pouch tas ibu. Ah, putraku itu memang sangat hafal kalau aku selalu melupakan krim tangan ketika pergi ke panti untuk bermain cello untuk anak-anak, jadi anak itu berinisiatif menyimpannya di dalam tas pergiku.
Ale nggak hanya menulis barang-barang yang sering aku lupakan di sticky notes. Tapi dia juga mencatat jadwal kegiatanku di ponsel lalu mengaturnya sebagai wallpaper. Lalu Ale akan mengganti wallpaper ponselku setiap satu minggu dengan jadwal yang baru.
Ale juga nggak pernah kecewa denganku, Ale nggak pernah malu dengan umur ibunya yang mulai menua, karena setiap kali aku melupakan barang Ale hanya akan tertawa sambil bilang, “Nggakpapa ibu, ibu kan punya aku, kalau ibu lupa, aku yang bakal ingat, nggak perlu khawatir.”
Tapi ibu yang khawatir, Ale.
Ibu khawatir kalau bukan hanya barang-barang yang ibu lupakan, tapi juga kamu. Yang suatu hari mungkin aku akan lupa kalau kamu adalah putra kesayanganku satu-satunya.
Karena semakin hari ingatanku semakin parah dan adikku Shelly semakin kuat meyakinkanku pada sesuatu yang selalu aku denialkan semenjak aku menyadari adanya kesalahan dalam ingatanku. Dan hari ini dia meyakinkanku lagi, kalau ini benar-benar bukan tentang menua. Dan aku tidak mau Ale tau.