91; Is it because my scar?
“Kenapa lo senyum-senyum aja, punya cewe lo sekarang?” Dareen menghampiri Ocean, yang tengah senyum-senyum sendiri pada ponselnya. Ia membawa dua botol minuman kaleng dingin di sela-sela break photoshoot keduanya.
“Kepo.” Jawab Ocean, responnya acuh sambil tangannya menerima sodoran soft drink dari Dareen.
Aliran air soda dingin melewati tenggorokannya yang kering, menyelamatkan dahaga setelah berlama-lama menyapa cahaya flash, berpose tanpa jeda.
“Udah liat hasil foto Elle?” tanya Dareen lagi. Ocean mengangguk, tatap matanya terlempar pada layar komputer di depannya, memonitor hasil foto barusan.
“Ganteng nih bang, yang ini,” jarinya menunjuk satu potret dirinya sendiri. “Nanti ambil yang ini aja kalo disuruh milih buat final choose.”
Tidak ada jawaban dari Dareen, Ocean yang merasakan kecanggungan pada kakak sepupu sekaligus managernya itu tiba-tiba tersadar, tidak biasanya Dareen menghampirinya di sela-sela break, biasanya lelaki itu hanya membiarkan ia beristirahat dan meninggalkannya sendiri setelah membelikan beberapa cemilan.
“Kok lo tumben masih disini?” tanya Ocean.
“Ya emang kenapa? Takut lo sepi, gue sebagai manager sekaligus abang yang baik hati mau nemenin lah.”
Ocean menyeringai sambil menonjolkan lidah dari dalam mulutnya, tersenyum sarkas, “Freak banget, lo biasanya tiap nyamperin gue pasti mau ngomel.” Jeda lelaki itu. “Kenapa? gue salah lagi?”
“Lo seneng banget berburuk sangka sama gue Van mentang-mentang gue bawel.”
“Ya udah terus kenapa? Mata lo ngga bisa boong, keliatan kayak mau ngomong sesuatu.”
Dareen menggaruk-garuk tengkuknya seraya tertawa canggung yang terdengar dipaksakan.
“Itu, buat cover majalah.”
“Kenapa?”
“Foto Keenan yang dipake,” ujar Dareen dengan ekspresi bersalah.
Dareen tahu, Ocean adalah orang yang sangat perfeksionis. Ia akan selalu melakukan pekerjaannya sesempurna mungkin, kapanpun ada foto atau hasil video iklannya yang tidak lolos, Ocean akan mulai overthinking menyalahkan dirinya sendiri, memikirkan berbagai kesalahan yang telah ia lakukan pada saat pengambilan gambar. Namun siapa sangka, lelaki itu justru malah tertawa melihat kepanikan pada ekspresi wajah Dareen yang menurutnya ini adalah pemandangan langka.
“Kenapa panik gitu sih bang? Terus kenapa kalo foto Keenan yang diambil?” jawab Ocean di sela tawanya.
“Jangan insecure, hasil foto lo bagus, tapi emang sekarang lagi rezekinya Keenan.”
Ocean tertawa lagi, “Lo serem banget kalo gini, mendingan ngomel-ngomel aja deh sumpah.”
Dareen menjambak pelan ujung poni Ocean. “Malah ketawa bocil, gue serius, lo biasanya kalo udah gini langsung insecure satu minggu, makanya gue ngeri bilangnya.”
“Wow, bisa care juga ternyata scooby doo ini.”
“ELVAN!” kali ini Dareen benar-benar menarik rambut Ocean dengan kencang, membuat lelaki itu masuk ke dalam rangkulannya, menguncinya di atas dadanya. “Iya iya ampun, lepas, gue ngga bisa napas!”
“Engga, beneran gue ngga kenapa-kenapa. Keenan kan temen gue juga, kenapa gue harus insecure sama dia, orang foto cover gue aja masih lebih banyak, berarti kan masih kerenan gue,” sambung Ocean percaya diri.
“Syukur deh, bagus, mindset lo harus gitu terus. Pokoknya, if something doesn't match your expectations, bukan berarti lo yang salah, bukan lo yang gagal. Cuma roda kehidupannya yang lagi berputar, ngga mungkin kan kita hidup mulus dan bahagia-bahagia aja?” sahut Dareen.
Ocean mengangguk, “Bener.”
“Iya lah, bijak kan gue?” ucap Dareen percaya diri.
“Bener-bener kayak seminar bareng Mario Teguh.” Ocean meledek, yang kembali mendapat jitakkan dari Dareen.
“Btw, kenapa emang foto gue? Kurang oke ya hasilnya?” tanya Ocean.
“No, keren, lo keren banget disitu, but,” Dareen kembali menahan kalimatnya ragu, “your scar.” Sorot mata Dareen terarah pada perut Ocean, seakan menunjuk.
Ocean tersenyum, tatapannya ikut jatuh ke arah perutnya. “Dari awal waktu gue dikasih outfit itu, gue ragu, is it okay? How about my scar? Emang ngga akan keliatan kamera pake baju nyaris transparan gitu?” ujar lelaki itu seraya tangannya mengusap bekas luka memanjang pada perutnya yang terhalang oleh kain baju. “Ngga apa-apa, gue ngerti, i’m living a world that forces me to always look perfect in public.”
“I’m sorry, Van,” ucap Dareen, sambil menjatuhkan tangannya di atas bahu Ocean. “Lo jangan tersinggung ya, gue yang minta maaf wakilin dunia, emang semua yang ada di dunia ini anjing.”
“Baaang, gue bener ngga kenapa-kenapa, gue ngga kesinggung sama sekali,” lagi-lagi lelaki itu tertawa, “walau bekas luka di perut gue ini abadi, dan bikin orang lain mandang gue ngga sempurna, apalagi untuk hidup di dunia entertaint yang dituntut untuk sempurna di depan layar. Tapi gue tetep selalu merasa bersyukur kapanpun gue ngeliat bekas luka ini.”
“Bersyukur?” tanya Dareen, masih belum menangkap maksud pemikiran Ocean.
“Lo inget ngga, gimana gue hampir mati waktu itu?” Ocean kembali mengeluarkan kekehan kecilnya.
“This scar just reminds me, kalo ternyata, gue masih dikasih kesempatan buat idup,” jawab Ocean, memberi jeda pada kalimatnya. “Scary bad memories, but still, there's miracle in them.”